“ Salju Pengulur Waktu “
Cast : Devereuxerxes Everard Leonidas & Vanilla Clarimond.
Wanita itu terduduk di lantai marmer dingin dengan tidak anggunnya. Kepalanya tertunduk dengan di tutupi penutup kepala berwarna hitam dan kedua tangan terikat ke belakang. Ia belum sadarkan diri sepenuhnya dari bius total yang dilakukan sahabatnya sendiri. Ya, pria yg sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri. Atau lebih?
Di hadapannya ada seorang pria yg duduk nyaman di kursi kebesarannya dengan memakai mahkotanya. Mata pria itu menyorot tajam pria lain yg berdiri tertunduk di sebelah wanita itu. Saat ini, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya ia dapatkan, wanita itu hanya dapat menatap kegelapan dan deru nafas seseorang di sampingnya. Deru nafas yang ia hafal betul siapa pemiliknya. Selebihnya, hanya kesunyian. Tak lama, pria di hadapannya berdeham.
“Pergilah.”
Dan setelahnya, langkah kaki mantap kian menjauh dan meninggalkan suara pintu besar tertutup. Suara yang sama saat tadi, wanita itu mendengar samar-sama saat kesadarannya masih sedikit. Tepat saat pintu tertutuplah, wanita tersebut sadar sepenuhnya dan mendongakkan kepalanya. Ia tidak mendengar apapun.
“Buka penutup kepalamu.”
Suara seorang pria terdengar dalam. Dengan keterdiamannya, wanita itu bimbang. Ia harus membuka dengan apa? Sedangkan kedua tangannya terikat ke belakang.
“Pakailah tanganmu.”
Seketika tangannya bergerak bebas. Dan yap! Ternyata ikatan itu telah menghilang. Bagaimana bisa? Ia lantas segera melepas penutup kepalanya. Dan terkejutlah dia dengan apa yang ia lihat di hadapannya.
Seorang pria dengan wajah bak dewa Yunani, sangat mengagumkan dan sempurna. Lalu badan yang wanita itu pikir, mungkin dia melakukan olahraga setiap harinya? Jangan lupakan sayap hitam legam di belakang badan pria itu yang membentang besar dan api yang terlihat sedikit mencuat malu-mau di sisi atas sayapnya. Wanita itu kembali tersadar. Mata mereka saling beradu. Senyum manis pria itu akhirnya terukir.
“Vanilla.”
Itu nama si wanita itu, sekaligus aroma yang tercium di indera penciuman pria itu. Bola mata tajam beriris gunmetal blue itu menatap tajam kedua mata bulat beriris emerald milik Vanilla. Vanilla sebenarnya sangat ketakutan. Ia tidak mengenal siapa pria itu. Bukan, atau ia sejenis makhluk immortal dunia lain? Bulir-bulir keringat dingin pun meluncur indah di kening Vanilla.
“Siapa kau?”
Pria itu lantas berdiri dan mendekati Vanilla.
“Suaramu sangat indah, Sayang.”
Suara lemah namun terdengar menyejukkan dan seksi di telinga pria misterius itu. Dan dengan kekuatan ajaib miliknya, Vanilla pun ikut berdiri. Vanilla mendongak tatkala si pria semakin dekat dengannya.
“Panggil aku Xerxes, Devereuxerxes Everard Leonidas.”
Tanpa diduga, Xerxes mencium bibir semerah buah ceri milik Vanilla. Ciuman yang memabukkan bagi keduanya. Bahkan sangat memabukkan untuk pertama kalinya bagi Xerxes, setelah sekian lama. Ini gila. Xerxes telah merampas ciuman pertama Vanilla. Walaupun ini sangat bisa meruntuhkan pertahanan dinding es yang selalu Vanilla buat, begitu gila dan kacau. Mereka itu orang asing! Dan bagaimana bisa, tanpa banyak melakukan bermacam-macam hal dan berbekal sebuah ciuman tadi, lebih tepatnya cumbuan itu, Vanilla merasa nyaman dengan pria asing itu? Mungkin bukan kebetulan, kenapa ia bisa berada disini dengan pria itu, bukan?
“Ya, sahabatmu telah menumbalkanmu kepadaku, Manis.”
Gotcha! Sialan! Jason Sialan! Bagaimana bisa?
“Ia memintaku membuatnya kian berkuasa dengan bisnisnya, dan tentu kau sebagai imbalannya. Ia yang menawarkanmu untukku.”
Kedua tangan Vanilla terkepal kuat. Ia marah dan kecewa terhadap sahabatnya itu. Xerxes memegang kepalan tangan Vanilla dengan lembut dan hati-hati, layaknya barang mudah pecah belah.
“Jangan begini, Manis, kau terlihat buruk dan putus asa. Vanilla Clarimond... jadilah istriku.”
Apa?!! Vanilla terkejut. Ia tidak menyangka. Ini serius? Tapi tunggu... ia dapat membaca pikiranku? Senyum manis Xerxes kembali terukir. Pria itu membalasnya dengan deheman. Tentu, Vanilla masih bingung. Saat ini, dia terperangkap dengan pria misterius dan jika ia setuju menikahi pria itu, maka ia akan tetap terkurung. Namun jika ia menolaknya, apakah ia akan mati?
“Tidak, kau tidak akan mati. Kau hanya akan ku pindahkan ke neraka, tempat kedua orang tuaku memimpin disana.”
Gosh! Kedua bahu Vanilla luruh, ia tertunduk, kemudian mengangguk lemah. Xerxes pun mengelus pergelangan lembut tangan kanan Vanila dan Vanilla amat terkejut untuk kesekian kalinya. Bagaimana bisa ada cincin berlian indah di jari manisnya?
“Bagaimana... bisa?”
“Apapun bisa ku lakukan untukmu, Vanilla Clarimond.”
Vanilla menatap bingung wajah pria bak dewa Yunani itu. Tiba-tiba saja, Xerxes mencumbu kembali Vanilla. Kini semakin memanas dan menuntut. Kedua mata Vanilla kembali membulat beberapa detik saat tahu yang ditatapnya begitu dekat & menutup kedua matanya. Xerxes begitu menikmati cumbuannya kepada Vanilla. Tangan kiri pria itu memeluk pinggang Vanilla dan tangan kanannya menekan tengkuk Vanilla. Mencegah cumbuannya terlepas, tapi semakin dalam.
Tak lama berselang, Vanilla juga menikmatinya. Ia memeluk erat Xerxes dengan mata yang turut tertutup. Lenguhan dan desahan lama kelamaan kian terdengar pasti. Dan acara pengorbanan darah suci milik Vanilla pun terjadi. Dan kekuatan Xerxes pun semakin hebat dan tak terkendali. Ia telah menemukan belahan jiwanya.
Salju di luar sana, yang hebatnya sangat dingin itu, tidak membuat acara intim mereka terganggu. Bahkan tanpa Vanila sadari, mereka sudah berada di kamar utama Xerxes. Si Pengatur Para Iblis dan Calon Pimpinan Neraka.
Komentar
Posting Komentar
Makasih udah kasih support-nya.
Semoga harimu menyenangkan.
Salam, Axel.