" Rasa Terendap Ikatan "
Cast : Adriel Harvey & Louisa Phoebe.
Mata setajam rubah dan beriris baby blue itu menatapku diam dengan sesekali menyeruput coklat panas di depannya. Wajah tanpa riasan itu menatapku dingin, seperti biasa. Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir mungil semerah buah ceri itu.
“Papa lagi.”
Terdengar seperti pernyataan, bukan pertanyaan. Namun tebakannya sangatlah tepat. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Kamu nggak tahu karena nggak merasakan apa-apa, atau kamu nggak tahu karena terlalu banyak yang kamu rasakan?”
See? Seberapa hebat dia menebak tepat masalah yang ku pikirkan beberapa hari belakangan. Bahkan kami baru bertemu kembali setelah 2 minggu, tepat di pesta pernikahan adikku. Wanita itu, sangat sibuk untuk ukuran seorang news anchor.
Melihatnya setiap pagi, siang, dan malam hari, selama hampir satu minggu penuh di sebuah stasiun televisi swasta. Dia tetap cantik, bahkan bertambah cantik saat dia melakoni pekerjaan impiannya itu.
Bukan. Ini bukan masalah tentang wanita itu. Ini masalah lain. Tepatnya, menyangkut aku dan sedikit menyinggung wanita yang duduk manis di sofa berwarna merah hati berbahan corduroy di hadapanku ini. Tetap anggun dan berkelas, walau hanya menggunakan pakaian rumah lusuh dan rambut di cepol sembarangan. Jangan lupakan kacamata bulat yang menggantung indah di hidung lancipnya, menggantikan lensa kontak saat dia bekerja seharian.
Shit !!!
Tidak bisakah dia mengganti pakaian lusuh tapi terlihat menggemaskan sekaligus menggairahkan bagiku itu? Tidak bisakah dia melihat banyak pasang mata dari pria-pria hidung belang yang ingin mengklaimnya terang-terangan? Bahkan rasanya, ku ingin mencongkel mata mereka dan mengubur mereka hidup-hidup.
Louisa Phoebe. Dia sahabatku. Bukan. Tapi akan menjadi wanita-ku. Entah kapan. Berharap, dia bersedia menjadikanku sebagai pria-nya. Suatu hari nanti.
Ahh... itu hanya harapan. Sebuah harapan semu setiap mata indah itu menatapku lekat. Diam. Bahkan tersenyum pun jarang. Sampai saat ini, setelah mengenalnya selama 25 tahun belakangan, tidak butuh banyak hal manis, dia dapat memahamiku dengan sangat baik.
“Kamu...”
Aku menaikkan salah satu alisku. Menunggu Louisa meneruskan kalimatnya. Sedikit lama.
“Adriel Harvey.”
“Ya?”
“Mari kita menikah.”
What the fuck !!!
// T H E E N D //
Komentar
Posting Komentar
Makasih udah kasih support-nya.
Semoga harimu menyenangkan.
Salam, Axel.