" Ingin Hilang Ingatan "
Cast : Gregory Benedict & Florence Grey.
Gregory menatap sengit ibu tiri dihadapannya kini. Walau
wajah dingin masih setia ia tunjukkan, namun aura permusuhan kian kental dalam
dirinya. Kedua tangannya ingin sekali ia kepalkan, kemudian tanpa ampun memukul
wanita jalang itu. Rasanya, untuk kali ini, ia ingin hilang ingatan saja
daripada harus berurusan dengan wanita gila dihadapannya.
"Jadi, bagaimana Greg? Kau bersedia mengikuti
permainanku, atau menunggu waktu saat kau tidak dianggap anak oleh papamu
sendiri?"
Gregory tersenyum tipis. Sangat tipis. Namun sayang, wanita
itu selalu mengetahui apapun tentang anak tirinya itu. Lebih tepatnya, mantan
kekasihnya itu. Wanita itu meminum espresso dingin kesukaannya, kemudian menghapus
sisa kopi di bibirnya dengan lidahnya, dengan gerakan sensual.
"Segelas espresso dingin. Sama sepertimu, Greg, murni,
kental, pahit, kuat, dan juga dingin. Hanya butuh satu 'gelas', dan akhirnya
aku bisa mengandung buah cinta kita. Sekedar mengingatkan, papamu sangatlah
kejam hanya untuk memisahkan kita, Greg."
Sumpah serapah ingin sekali Gregory kemukakan kepada masa
lalunya ini. Bukan hanya kata 'cinta', namun juga 'penyesalan' mengapa mereka
harus dipisahkan dengan wanita pujaannya yang menikahi papanya sendiri karena
alibi 'hutang keluarga', mengapa wanita itu bisa hamil hanya karena permainan
satu malam mereka, dan mengapa harus dia yang mengikuti aturan main wanita itu.
Disini, keuntungan yang ia dapatkan hanya dua, wanita itu keguguran, entah dari
lelaki mana, dan yang kedua, ia terbebas dari kukungan domba berhati rubah itu.
Walau akhirnya, ia akan berada dalam satu aliran kekeluargaan yang sama dengan
wanita itu.
Dari sekian banyak pria, mengapa harus papanya sendiri? Dan
dari sekian banyak wanita, mengapa harus kekasihnya sendiri? Gregory tak habis
pikir, dunia selalu mempermainkannya. Dulu, Gregory memang sangat mencintai
wanita itu, terlepas dari banyak sifat negatif yang secara tidak langsung
Gregory rasakan, namun banyak juga hal baik yang dimiliki wanita itu. Cukup
bertahan lama ia dan wanita itu lalui semasa berpacaran dan tidak ada yang
mengetahuinya, termasuk keluarga mereka sendiri. Sampai pada masanya, ia hamil
5 minggu anak Gregory. Ia pergi menemui Gregory dan meminta pertanggungjawaban
kekasihnya itu. Ia bahagia, akhirnya mereka akan bersama secara utuh, mengingat
jalan belakang dan hanya Gregory, pria pilihan hatinya, walau bukan yang
pertama mengambil keperawanannya.
Ya, itu semua salah saudaranya yang mabuk, 10 tahun lalu.
Gregory tidak percaya dan memilih pergi. Hatinya sangat hancur. Ia kemudian
pergi dan membesarkan anaknya sendiri. Na'asnya, ia mengalami kecelakaan
tunggal dan mengalami keguguran. Keluarganya sangat terkejut, dan untuk
menutupi aib tersebutlah, mereka menikahkannya dengan pemilik dana hutang yang
mereka pinjam beberapa tahun silam. Ia pasrah dan kembali hancur. Namun siapa
sangka, pria tua yang ia nikahi ternyata adalah ayah dari mantan kekasih
jahanamnya itu. Dunia seakan berbalik berpihak kepadanya. Ia kembali, namun
bukan kembali seperti sedia kala, namun menjadi pribadi yang lebih kuat
mengalahkan egoisme seorang Gregory Benedict, putra semata wayang Ronan
Benedict, suaminya.
"Kau mengancamku, Flo?"
"Sejak kapan aku bisa mengancammu, Greg?"
"Lalu, apa yang ku dapat?"
"Kepuasan bersama lagi, Greg. Kita, berdua."
Florence berjalan anggun mendekati Gregory di kursi
kebesarannya. Kantor pria itu cukup luas, namun jika hanya diisi dua orang yang
sedang 'panas', maka akan sangat terasa 'sesak' terisi. Florence duduk di pojok
meja di depan kursi Gregory. Kaki kanannya ia naikkan diatas kaki kirinya.
Terlihat sensual dan menggiurkan. Terasa ingin di puja. Terlebih, ia hanya
menggunakan mini dress berwarna hitam setinggi setengan paha dan tanpa lengan,
heels merah terang, dan rambut ia cepol sembarang, menyisakan anak-anak rambut
yang menjuntai. Jaket kulit hitamnya, ia sampirkan di sofa coklat beludru
tempatnya sedari tadi terduduk. Gregory menyenderkan punggungnya dengan mata
tetap menatap lurus Florence.
"Kau tau aku, bukan?"
"Dan kau juga harus tau aku, Greg, bahwa harta waris
perusahaan sepenuhnya milikku. Bahkan kau, Gregory Benedict, kau bekerja
untukku disini, Sayang."
Florence menekankan kata 'sayang' dan berjalan mendekati
Gregory. Ia menarik dasi biru tua Gregory dan duduk diatas paha Gregory sambil
mengangkang. Wajah mereka sangat dekat. Florence menyentuh kedua dada bidang
Gregory dengan gerakan abstrak yang sensual. Gregory menegang dan bergairah.
Pasalnya, ibu tirinya ini telah berubah 180 derajat dari terakhir mereka
seintim ini. Tentunya, sebelum Ronan menikahi Florence.
"Kau akan menyesal, Florence."
Senyum Florence mengembang. Kedua tangannya berpindah ke
belakang tengkuk Gregory, dan memainkan rambut pria itu dengan pelan. Wajah
mereka kian mendekat. Bibir semerah darah itu menempel sepenuhnya di bibir
coklat Gregory, dan lumatan halus itu pun berubah menjadi kasar, menuntut, dan
beralih menjadi adegan tidak senonoh antara anak dan ibu tiri. Atau lebih
tepatnya, mantan kekasih.
Komentar
Posting Komentar
Makasih udah kasih support-nya.
Semoga harimu menyenangkan.
Salam, Axel.