“ Es Krim Dan Komik “
Cast : Jared Morgan & Stella Jude.
Jared mengamati wanita impiannya dalam diam, sejak 2 bulan terakhir, dan dari jarak yang cukup jauh. Jika kemarin ia mengintai wanita itu dari luar toko bunga milik adik wanita itu, kini mereka di dalam tempat yang sama. Sebuah kedai es krim dekat toko bunga adik dari wanita impiannya. Mereka dalam sudut yang lawanan. Ini kali pertamanya mereka berada sedekat ini. Bukan. Mungkin hanya Jared yang mereka seperti itu. Tentunya, ia sangat bahagia. Dan wanita impiannya itu, tidak mengetahui hal itu.
Melihat wanita itu menggunakan sweater turtle neck lengan panjang yang dimasukkan kedalam celana bahan katun berwarna hijau pupus, sepatu kuning cerah ber-hak 8 centi, rambut yang ia kuncir ekor kuda, dan cat kuku yang senada dengan sepatu wanita itu, membuat Jared mengetahui jika wanita itu sedang bolos kerja.
Hei... lihatlah wajahnya! Apakah pekerjaannya sesulit itu, hingga membuatnya jengah dan lelah?
Jared bermonolog dengan batinnya. Selama 5 tahun ini, ia hanya mengamati wanita itu dari jauh. Dan jujur, bukannya Jared tidak bernyali, hanya saja ia masih merasa sesal. Ia teringat masa kelamnya dulu, yang menjadikan wanita impiannya itu menjadi korban perundungan yang ia lakukan sendiri. Kala Jared berusia 18 tahun dan wanita itu berusia 16 tahun.
"Kau... Jared Morgan, benar?"
Jared mengerjap dan terkejut. Ia tidak menyangka, wanita impiannya akan menyapa dirinya. Dengan senyum manis yang masih saja Jared ingat, sejak kali pertama ia bertemu wanita itu. Tepat saat mereka berada di bangku Senior High School. Jared mengangguk kikuk. Senyuman wanita itu semakin mengembang.
"Ku kira, aku akan salah orang. Dan kau tau? Itu akan sangat memalukan jika aku salah menyapa nama orang, bukan?"
Wanita sedikit terkikik dan mengelus dadanya dengan senyuman tetap terpatri di wajahnya.
"Hai, Jared."
Ucap wanita itu dengan gerakan tangan menyapa Jared. Seketika Jared berdiri kaku dan tersenyum manis. Wanita itu merespon dengan tertawa manis nan merdu, bagi Jared.
"Hai, Stella Jude. Apa... kabar?"
"Aku baik, Jared."
Stella mengangguk beberapa kali. Tanpa permisi, Stella duduk di bangku kosong di seberang Jared, mereka tersekat sebuah meja bulat kecil.
"Apa sebuah masalah, jika aku duduk disini?"
"Tidak."
Ucap Jared cepat. Ia turut duduk kembali di bangkunya, dan kemudian menatap lekat Stella.
"Kau... sendirian?"
"Seperti yang kau lihat. Dan sangat tidak mungkin, jika aku bersama dengan orang lain, aku akan menyapamu, Jared."
Jared mengangguk membenarkan jawaban logis Stella. Wanita itu kemudian menarik ikatan kucir kudanya dan beralih menjadi sebuah cepolan sembarangan. Gerakan luwes Stella membuat Jared meremang dan panas dingin. Jangan lupakan leher jenjang dan anak-anak rambut wanita itu yang tidak terikat dan berjatuhan.
"Ada apa?"
Jared menggeleng cepat dengan kesusahan menaik-turunkan jakunnya. Stella memutar matanya. Ia menaikkan satu tangannya, memanggil pelayan.
"Caramel dan Pistachio, masing-masing satu. Kau ingin memesan lagi, Jared?"
Jared mengangguk kemudian menggeleng. Stella menaikkan satu alisnya, kemudian mengangguk.
"Cookie Dough, satu. Ku harap, kau masih menyukai rasa itu, Jared."
Ucap Stella dengan senyum manis kepada seorang pelayan pria di depannya. Namun kalimatnya tentu mengarah kepada Jared. Bahkan, orang bodoh pun tau itu.
"Ya. Aku... masih menyukainya."
Setelah respon Jared tersebut, keheningan menyapa mereka cukup lama. Bahkan, mata mereka menyelami satu sama lain dalam diam.
"Kau... sangat berbeda, Stella."
"Ya, aku tau. Kau pun begitu, Jared."
Jared tertawa dang mengangguk. Ia meminum lychee tea-nya yang tersisa sedikit. Jangan heran, karena kedai itu tidak hanya menjual berbagai macam rasa es krim dari seluruh dunia, namun juga minuman dan makanan ringan ala kafe pada umumnya.
"Stella... maafkan aku soal yang... dulu."
Stella mengangguk mengerti. Ia tersenyum hangat dan tangan kanannya menangkup kepalan tangan kiri Jared di atas meja. Jared terhenyak, namun tetap diam.
"Aku tidak apa-apa, Jared. Bahkan, saat kau dengan sengaja untuk selalu menjahiliku dengan mengambil, merobek, atau membuang komikku ke dalam kolam ikan di depan kelasku saat itu."
"Kau serius?"
"Ya, tentu."
Stella mengangguk mantap. Ia menarik tangannya tadi, dan menoel manja hidung Jared.
"Walau sejujurnya, dulu, aku sangat kesal dengan tingkahmu itu. Tapi setelah kelulusanmu, aku tersadar. Bahwa kau, sebenarnya melindungiku dari kekejaman Kehlani and the gang, yang mungkin akan bertindak lebih 'ajaib' melebihi dirimu. Aku... berterimakasih kepadamu, Jared. Sangat."
Senyum Jared merekah. Ia tidak menyangka dengan penuturan Stella barusan.
"Aku serius, Jared."
Ucap Stella dengan wajah serius dan bola mata membulat sempurna. Jared berdiri dan segera memeluk Stella dari samping meja mereka. Stella reflek berdiri dan memeluk balik Jared.
"Terimakasih, Stella. Terimakasih. Selama ini aku terkurung dalam lubang hitam kenangan kelam itu terhadap dirimu. Sekali lagi, terimakasih Stella."
Stella tertawa bahagia. Mereka tidak sadar, bahwa selama adegan tersebut, banyak pasang mata menonton penasaran. Stella menyenderkan kepalanya di dada kanan Jared dan semakin memeluk erat Jared.
"Kau tau, Jared? Sejak kau lulus, aku merasa begitu kehilanganmu. Aku tidak mengerti hatiku, namun setelah kelulusan itu, ada dua rasa yang mengikutiku hingga akupun lulus dari sekolah itu. Rasa bahagia dan sedih. Bahagia karena aku terhindar olehmu dan Kehlani and the gang. Namun ku sedih, karena hari-hariku kembali kelabu tanpa adanya tingkah konyol dan ajaibmu itu. Aku merindukanmu, Jared."
Tubuh Jared menegang. Jantungnya berdetak tidak karuan. Ia sangat bahagia. Apakah ternyata selama ini, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan?
"Aku mencarimu, bahkan aku bertanya tentangmu kepada Kepala Sekolah, tapi Nyonya Abelard enggan mengatakannya. Kemudian aku bertanya kepada Faye, untuk menanyakan keberadaanmu, atau sekedar kabarmu saja, melalui Kak Cale. Lalu kepada Kak Ansel di bengkel mobilnya, Kak Keegan di rumah sakitnya, Kak Aslan di butiknya, dan Kak Liam di rumah produksinya. Mereka semua tidak tau, Jared. Aku pasrah. Hingga saat ini, akhirnya ku menemukanmu."
Pelukan erat Stella menjadi-jadi. Jared kembali terkejut oleh fakta baru itu. benar-benar tidak sebelah tangan.
"Aku... melanjutkan kuliahku di London, Stella. Dan dengan beberapa masalah yang dihadapi Ayahku didalam perusahaannya. Aku harus membagi waktuku, antara belajar dan membantu Ayahku mengatasi semua itu. Aku... baru kembali 2 bulan yang lalu, Stella."
Stella mengadahkan kepalanya untuk melihat wajah tampan Jared yang ia rindukan. Mata bulat Stella membuat Jared gemas. Apalagi warna merah di pipi Stella, seakan mempertegas wajah manis di bawahnya itu.
"Aku serius, Cantik."
Pipi Stella semakin bersemu merah. Sangat menggemaskan. Jared melepaskan pelukan mereka, dan kembali duduk.
"Aku... sebenarnya sudah mengawasimu selama 5 tahun ini, namun dari jarak jauh Stella. Aku bahkan tau, dimana kau tinggal dan bekerja."
"Apa! Kau bercanda, bukan?"
Mata Stella membulat sempurna. Mulutnya terbuka lebar dengan napas berhembus cepat. Jared menggeleng lemah dengan senyuman hangatnya. Matanya menatap tajam mata Stella.
"Tidak. Karena memang itu faktanya, Stella. Aku pernah menjadi lulusan terbaik dari jurusan Ilmu dan Teknologi di universitasku dulu, dan itu membantuku mengetahui apapun tentangmu. Lalu, setelah sangat lama aku disana, aku kembali kesini, 2 bulan yang lalu. Aku mengamatimu dari jauh. Saat kau membantu Olivia di toko bunganya, setiap pagi sebelum kau bekerja dan sore hari selepas kau bekerja. Lalu saat jam makan siang, yang seringnya kau berada di kafe depan kantormu, daripada di kantin kantormu. Di pusat perbelanjaan setiap sabtu sore, di taman komplek setiap minggu pagi, dan di kedai es krim ini saat kau sedang penat dengan pekerjaanmu. Bahkan aku pun tau, saat ini kau sedang membolos kerja, Stella."
Stella menyenderkan punggungnya di kursinya. Dia bertepuk tangan pelan. Dia terkejut akan fakta yang Jared beberkan. Mereka kembali terdiam.
"Jared."
"Stella."
Mereka berucap bersamaan.
"Kau dulu."
"Kau dulu."
Kembali, mereka berucap bebarengan.
"Ini gila, Jared."
"Tidak, Stella. Ini benar, dan tulus denganmu."
"Jangan berbelit-belit, Jared. Aku mohon."
"Aku mencintaimu, Stella. Jared Morgan mencintai Stella Jude. Sejak aku berada di kelas 3 dan kau berada di kelas 1. Sejak aku selalu melalukan perundungan kepadamu dan kepada buku-buku komik kesayanganmu. Sejak kau yang selalu marah dengan diam dan pergi berlalu setelahnya, padahal aku ingin kau memarahiku dengan sumpah serapahmu. Sejak aku tidak bisa berhenti untuk tidak menjahili dan mengusilimu. Sejak aku merasa hambar, jika tidak berada di dekatmu. Dan sejak rasa itu muncul dan semakin berkembang, setiap aku menatap senyuman manis dan berbagai macam ekspresimu. Aku menyukainya, Stella. Bahkan aku pun tau, kau pernah marah dengan mengucap kata-kata kotor karena terkena cipratan air kubangan di jalan di depanmu oleh sebuah mobil. Kau tidak tau, bukan, bahwa aku melihatnya dari arah belakangmu? Karena ku tau, kau pulang sangat terlambat karena harus mengerjakan esai susulan akibat kau tidak masuk sekolah selama 2 hari, karena sebelumnya kau terkena diare. Bahkan, aku juga tau, klinik mana yang kau dan Olivia datangi. Stella Jude, aku mencin—"
"Tolong berhenti, Jared!"
Jared menggeleng cepat. Kedua alisnya beradu. Senyuman Jared meluntur. Stella menghela nafasnya panjang dengan menutup matanya, kemudian terbuka kembali.
"Sejujurnya, aku juga mencintaimu, Jared Morgan. Sangat."
Stella tertawa manis. Senyuman Jared kembali merekah. Jared berdiri dan kembali memeluk Stella. Kini bertambah erat. Begitupun Stella.
"Kau tau, Tuan Morgan? Kita menjadi tontonan gratis, saat ini."
Jared tertawa terbahak-bahak. Ia melepaskan pelukan singkatnya dan beralih mengambil sesuatu dalam kantong jaket bomber coklat tua-nya. Ia mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah, yang selalu ia bawa. Stella terkejut. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Jared membuka kotak tersebut dan muncullah sebuah cincin berwarna perak yang indah. Terlihat mewah dengan batu berlian besar diatasnya. Secara mengejutkan, Jared berjongkok dan menekuk salah satu lututnya. Mata Jared mengarah ke Stella, begitupun Stella. Nampak senyuman bahagia dari raut wajah Jared. Senyum yang tidak pernah Stella dapatkan sejak dulu, sejak mengenal Jared.
"Stella Jude... ayo kita menikah!"
"Ya!"
Komentar
Posting Komentar
Makasih udah kasih support-nya.
Semoga harimu menyenangkan.
Salam, Axel.