" Cinta Dari Sahabat Kecil "

Cast : Calvin Grandy & Victoria Eden.


“Lalu, apa yang kau harapkan dari pembicaraan ini?”

“Aku tidak tau. Aku cuma... ingin bicara.”


“Tidak mungkin. Itu sangat, bukan dirimu.”


“Kenapa?”


“Tidak apa-apa. Jika kau belum siap berterus terang padaku, jangan katakan, aku siap menunggu.”


Senyum Calvin merekah. Pasalnya, obrolan melanturnya dengan Victoria malam ini, tidak terlalu diambil pusing oleh wanita berparas cantik di sampingnya ini.


Victoria Eden. Sebuah nama yang begitu berat. Bukan hanya sang pemilik, tetapi juga oleh orang lain yang akan memiliki sang pemilik nama itu.


Victoria menatap sebuah sungai yang tenang di hadapannya. Sungai yang berada di taman kota Brooklyn. Tepat di jantung kota itu. Tempat dimana ia bertemu kembali dengan Calvin, beberapa tahun silam.


“Kau tahu, Calvin, tidak seharusnya kita seperti ini.”


“Kau lelah?”


Victoria menggeleng lemah, namun tersenyum menenangkan. Sebuah senyum yang seakan bagai candu seorang Calvin. Senyum tulus yang jarang Victoria lakukan. Mata mereka bertemu. Mata indah itu bersibobrok dengan mata tajamnya. Bagaikan candu lain yang Calvin sukai.


Ohh... betapa ia begitu menyukai apapun yang ada dalam diri Victoria Eden saat ini. Bukan, tepatnya sejak pertama kali mereka bertemu kembali dengan peluh yang menetes apik di anak rambut Victoria minggu pagi itu. Bahkan harum aroma tubuh Victoria yang berbalut keringat itu, Calvin lebih menyukainya. Aroma lavender.


“Calvin...”


Calvin bergumam. Victoria kembali menatap sungai tenang di hadapannya tanpa ekspresi.


“Bagaimana dunia akan menatap kita, kelak? Aku hanya takut merusak imajinasi mereka terhadapmu. Aku tidak peduli bagaimana dunia menilaiku, Calvin, tapi kau? Derajat akan selalu diukur dengan derajat pula. Bahkan, sebaik-baiknya telur busuk tersimpan, aromanya tetap akan keluar. Kau tau itu.”


“Apa kau sekarang menjadi pendengar yang baik?”


“Tidak. Hanya saja—“


Calvin membalik badan Victoria dan menghadapkan kearahnya.


“Kalau begitu, jangan dengarkan mereka. Tutup telingamu, dan tetap pandanglah aku. Hanya aku. Bagaimanapun, aku tidak peduli, Calvin Grandy akan tetap bersama Victoria Eden. Selamanya.”


Mereka terdiam. Mata mereka saling menyelami satu sama lain. Keheningan kembali tercipta. Cukup lama.


“Aku perempuan.”


“Ya?”


“Dan kau egois, Calvin.”


“Apa?”


Victoria menggeleng cepat. Ia tersenyum hangat pada Calvin. Tak lama, wanita itu mengambil tangan kanan Calvin yang berada di bahu kirinya dan mengelusnya pelan. Menatap cincin perak tanpa manik itu. Bahkan Victoria tahu, di balik cincin itu, terdapat nama sakral. Nama pemilik seorang pria di hadapannya ini.


“Aku pergi, Calvin. Waktuku tidak banyak. Pekerjaan dari Si Tua, Brenda, sudah menanti. Kau tahu bukan, bagaimana tidak pengertiannya dia terhadapku jika sudah mendengar kata ‘uang’?”


“Ini tengah malam, kalau kau lupa, Victoria.”


“Ya. Dan jelas waktuku tidak banyak.”


“Berapa pelanggan?”


Victoria mengedikkan bahu. Sejujurnya, dia tidak ada pelanggan untuk hari ini. Dia sudah ijin kepada Brenda dengan beralasan ‘urusan keluarga’ di Colorado.


“Pulanglah, Calvin. Istrimu menanti.”


Calvin kecewa. Pasalnya, dia sangat merindukan Victoria-nya. Sangat. Bahkan setelah kepulangannya dari urusan pekerjaannya di New Jersey dan kehamilan istrinya yang mendadak selalu ngidam, Calvin kesulitan mangatur jadwal pertemuannya dengan Victoria.


“Baiklah. Namun kau harus ingat, Victoria, jangan pernah menempatkam hatimu pada pelanggan-pelanggan hidung belangmu itu. Jangan sampai kau bermain api di belakangku. Sedikit pun.”


“Ya.”


Calvin memeluk Victoria untuk terakhir kali. Wanita itu membalas tidak kalah eratnya. Menyalurkan kerinduan terhadap sosok pria yang berperan sebagai kakak sekaligus pria tercintanya. Begitupun Calvin. Dia sangat tahu, hatinya berkata apa tentang hubungannya dengan Victoria Eden.


Teman kecilnya sewaktu berada di panti asuhan itu telah menjelma menjadi wanita  muda berparas cantik. Namun sayang, sosoknya terperangkap dalam rumah bordil milik Brenda Callahan. Coba saja dia menemukan orang tua angkat yang benar. Bukan seperti Tobias Miles dan Catherine Miles yang ‘menitipkannya’ kepada germo tua yang gila harta itu.


Calvin Grandy mencintai Victoria Eden. Sejak dulu. Sejak kali pertama Victoria yang ceria menyapa Calvin yang pendiam dan termenung sendiri di sebuah kursi kayu panjang di depan taman bunga, di belakang gedung panti asuhan Nyonya Weiss. Sejak orang lain mengatakan, Calvin hanya merasakan cinta semu anak-anak seusianya.


Victoria Eden adalah cinta pertama dan terakhir Calvin Grandy.

Cinta nyata melebihi seorang kakak dengan adiknya.

Cinta tulus sang anak adam dan sang anak hawa.






//   T H E   E N D //


Komentar

Ter-populer