" Fakta Dari Masa Lalu "

Cast : Machiko Marco & Andrea Ananta.


Andrea Ananta berjalan pelan menuju lobi depan sekolahnya. Gadis berseragam putih abu-abu itu kini tertutup oleh hoodie kebesaran berwarna karamel kesayangannya. Dan tinggal-lah rok abu-abu pendeknya yang mencuat, sedikit terlihat. Tidak lupa dia menutup kepala dengan tudung kepalanya dan menyumpal telinganya dengan earphone putihnya. Lagu ‘Hey Jude’ milik The Beatles mengalun indah. Tas ransel berwarna krem-nya, ia sampirkan di lengan kirinya.

“Harusnya gue nurut kata nyokap aja.”

Tepat saat ia berhenti di depan teras sekolahnya sore itu, seorang siswa berjaket abu-abu juga sedang berdiri di sebelahnya.

“Hujannya deras juga, Dre.”

Andrea bungkam. Dia tidak menanggapi omongan Chiko. Lagu yang tersetel di earphone-nya pun entah mati sejak kapan. Dan wajah dingin tanpa ekspresi itu cukup mampu membuat orang lain segan kepadanya. Walaupun bukan terlahir dari keluarga terpandang, namun Andrea merupakan siswi berprestasi yang sering mengikuti olimpiade debat nasional dan atlet profesional Muay Thai. 

Hari ini, dia terlambat pulang karena dia harus melaksanakan ulangan susulan akibat dia mengikuti lomba debat kemarin lusa. Sekolahnya pun kini sepi, tertinggal dia dan Chiko, teman seangkatannya.

“Dre...”

Andrea tetap bungkam. Chiko menghadap kearahnya dan menatapnya lekat.

“Lo kenapa berubah gini, sih, Dre? Padahal... jujur aja, gue suka lo yang dulu. Lo yang manis dan perhatian banget ke gue. Apalagi, waktu lo nungguin gue latihan basket. Lo, satu-satunya cewek yang gue tunggu kehadirannya buat ngasih gue air dingin dan kue bolu buatan Tante Anita yang enak itu.”

Bungkam dan tanpa ekspresi. Andrea bukannya tidak berkutik, dia hanya malas menanggapi omongan cowok egois di sampingnya ini. 

“Lo baik-baik aja, kan, Dre? Gue kangen—“

“Brisik.”

Chiko menghela nafasnya panjang. Dia tidak tahu lagi harus berbuat bagaimana untuk mengembalikan Andrea-nya seperti dulu lagi. Saat ia menyukai siswi manis yang murah senyum, suka menolong, ekspresif, namun juga keras kepala, yang sering memberinya sekotak bekal makan siang dan secarik surat berinisial ‘AA’ di loker miliknya. Chiko rindu itu semua. Ia merindukan gadis manis yang berdiri mematung di hadapannya ini.

“Gue... sorry, Dre.”

Chiko menunduk. Ia mengepalkan kedua tangannya hingga memutih. Ia sangat kesal. Seandainya kecelakaan itu tidak pernah terjadi, maka Andrea-nya mungkin tidak akan berubah seperti sekarang.

“Marco, harusnya lo sadar. Gue, bukan Andrea lo lagi.”

Suara dingin namun tegas itu terdengar, dengan wajah yang masih menatap hujan di hadapannya. Nama belakang Chiko, yang hanya teman biasa dan orang lain memanggilnya. Chiko sadar, panggilan ‘Marco’ cukup untuk memberi tahunya bahwa Andrea sudah menjadi orang asing baginya. Hanya Andrea, orang tersayangnya, yang boleh memanggilnya ‘Chiko’, selain keluarga besarnya.

Andrea tetap menatap hujan di depannya. Matanya terlihat tajam. Amarah mulai menguasai alam bawah sadarnya. Namun siapa sangka, yang Andrea pikirkan adalah rasa kecewa yang teramat sangat dalam kepada mantan kekasih saudara kembarnya itu. Tidak. Mungkin mereka tidak pernah menjadi sepasang kekasih. Dan mungkin, hanya Angela yang menganggap hubungan itu terlalu dekat, lebih dari sekedar teman. 

Andrea sangat membenci Chiko. Tapi bukan Andrea jika dia akan se-ekspresif Angela. Ia tidak akan bertindak bodoh, apalagi memalukan diri sendiri seperti saudara kembarnya dulu. Senyum sinis itu terbit saat ekor matanya menangkap wajah sakit Chiko.

“Gue harus gimana, Dre?”

“Cukup lo enyah dari hidup gue.”

Jawaban cepat Andrea membungkam Chiko sepenuhnya. Wajahnya pias dengan mata mulai berkaca-kaca.

“Kenapa?”

Andrea berbalik menghadap Chiko. Ia menatap lekat Chiko dalam diam. Cukup lama. Berakhir dia tertawa meremehkan. Sejenak, dia menutup kedua matanya, kemudian terbuka kembali. Aura kelam penuh dendam pada diri Andrea semakin menjadi-jadi.

“LO PIKUN, CO?!! SETELAH APA YANG LO LAKUIN KE GUE— BUKAN!!! SETELAH APA YANG LO LAKUIN KE SODARA KEMBAR GUE?!! ANGELA ANANTA!!! DIA, CO!!! DIA CEWEK YANG NGEJAR-NGEJAR LO SELAMA INI!!! DIA ANGELA!!! ADIK KEMBAR GUE!!! DIA GANTIIN GUE SELAMA HAMPIR DUA TAHUN ITU, CUMA DEMI NGERASAIN GIMANA RASANYA BISA SEKOLAH!!! DAN CUMA KARNA LO, DIA BAHAGIA DAN SAKIT SECARA BERSAMAAN!!! LO JAHAT, CO!!! ASLI!!! SAMPAH!!! LO BAJINGAN!!! ATURAN LO GAK USAH KETEMU ANGELA!!! ATURAN LO GAK USAH SATU KELAS WAKTU KELAS DUA DULU!!! DAN ATURAN LO GAK USAH DEKET APALAGI NGASIH HARAPAN PALSU YANG BIKIN DIA SAKIT SE-SAKIT-SAKITNYA, LEBIH DARI PENYAKITNYA!!! DAN LO HARUS TAU, MACHIKO MARCO, INI SEMUA GARA-GARA LO!!! GARA-GARA LO, ANGELA ANANTA, ADIK GUE SATU-SATUNYA, YANG GUE PUNYA, YANG GUE SAYANG, YANG DIA BEGITU RAPUH UNTUK SEKEDAR MENGENAL APA ITU JATUH CINTA DAN SAKIT HATI, DIA MENINGGAL, CO!!! MENINGGAL!!! LO DENGER GUE?!! DIA ME-NING-GAL!!! TEPAT SETELAH KECELAKAAN ITU, DI DEPAN SEKOLAH INI!!! DISAAT YANG BERSAMAAN, LO DENGAN HEBOHNYA NEMBAK LAURA DI LAPANGAN BASKET DENGAN ANTEK-ANTEK USELESS LO ITU!!! BAHKAN LO GAK TAU, KAN?!! JELAS!!! LO SEDANG BANGGA-BANGGANYA MEMPERTONTONKAN KEBAHAGIAAN LO DENGAN SI LAURA-LAURA ITU KE SEMUA ORANG!!! BAHKAN LO, SEKEDAR JENGUK ANGELA AJA, LO NGGAK BISA?!! BANGSAT!!! LO COWOK BANGSAT!!! LO ORANG TER-EGOIS DAN GAK PUNYA PERASAAN YANG PERNAH GUE TAU DI BUMI INI!!! BAHKAN SETELAH APA YANG ANGELA LAKUIN DAN BERI SECARA TULUS KE LO, TAPI LO NGE-PHP-IN DIA DENGAN NGASIH HARAPAN PALSU KE DIA?!! ANJING!!! TRUS LO NGASIH TAU KE SEMUA ORANG TENTANG KEDEKATAN LO SAMA ANGELA, BUAT APA?!! HAH!!!”

“Angela? Lo? Dia? Kembar? Angela Ananta?”

“YA!!! SELAMA INI BUKAN GUE!!! DAN TUGAS GUE CUMA PERGI LOMBA, LOMBA, DAN LOMBA!!! TAPI ANGELA, CO, YANG NGASIH LO SUPPORT!!! APAPUN ITU!!! DIA BELA-BELAIN NGANGKOT, PADAHAL DIA PUNYA PENYAKIT ARITMIA JANTUNG!!! DIA BAHKAN GAMPANG BANGET KECAPEAN, MIMISAN, NYERI, DAN PINGSAN TIBA-TIBA!!! PERGI PAGI CUMA NGASIH BEKAL KE LOKER LO!!! BIKIN SURAT MENYE-MENYE YANG DIA TULIS SAMPE TENGAH MALEM, CUMA DEMI LO, CO!!! LO WARAS, HAH?!!”

“Kapan, Dre, kapan dia pergi?"

WHAT?!! LO MASIH NANYA ITU?!! GILA!!! LO TOLOL, HAH?!! HEH, MACHIKO MARCO, DENGER NIH!!! ASAL LO TAU, DEMI DIA!!! GUE BELA-BELAIN GAK NEROR LO!!! DEMI DIA, CO!!! KALO BUKAN, BISA AJA GUE BUANG POT BESAR ITU DARI LANTAI TIGA KE KEPALA TOLOL LO ATAU GUE TUSUK LO PAKE KATANA YANG KAPAN AJA BISA GUE BAWA KESINI!!! SEMUA GAMPANG BUAT NGILANGIN NYAWA LO, CO!!! SEGAMPANG LO MATIIN PERASAAN ANGELA!!!”

Tubuh Chiko meluruh ke lantai. Dia menangis tergugu mendengar penuturan keras Andrea. Dia merasa tertampar dengan sebuah kenyataan. Bukan Andrea-nya yang berubah, karena memang bukan Andrea yang dulu pernah sangat dekat dengannya. Itu Angela yang menyamar. Ya, Chiko akhirnya tersadar. Sadar akan mereka yang memang berbeda. Sadar akan kenyataan masa lalu kala ia berperan sangat jahat kepada Angela. Dan sadar akan keegoisannya untuk membuat Andrea kembali menjadi seperti Angela-nya dulu.

“Berdiri lo!”

Ucap pedas Andrea. Chiko mengadah menatap wajah merah padam Andrea. Gadis itu menatap tajam Chiko dengan penuh amarah. Chiko berdiri dengan menghapus air matanya dengan jaket abu-abu belel miliknya.

“Gue... minta maaf, Dre. Buat lo, dan juga Angela Ananta.”

“Ya.”

BUGH !!!

“Itu buat Angela yang selalu baik sama lo!”

BUGH !!!

“Itu buat Angela yang selalu bahagia lihat lo bahagia!”

BUGH !!!

“Dan itu buat Angela yang sakit karena semua kelakuan busuk lo! Dan harusnya, satu pukulan aja nggak cukup buat lo yang bego ini! Karna apa? Karna lo... cinta pertama dan terakhir Angela!”

Bisik pedas dan tajam Andrea berakhir. Ia berjalan menembus hujan deras dengan langkah lebar dan tangan mengepal. Ia berjalan hingga mencapai halte terdekat. Senyum tulusnya terbit. Walau tangannya kotor akibat darah Chiko, namun dia bahagia karena telah melepaskan s peeluruh sakitannya dan Angela.

Sedangkan Chiko, dia masih terlentang di lantai teras depan sekolahnya. Untung teras dan gerbang sekolahnya cukup jauh, sehingga tidak terlihat persimbahan darahnya karena amarah dan rasa kecewa Andrea padanya. Air matanya kian mengalir deras. Ia menutup matanya dengan lengan kirinya. Ia tergugu semakin menjadi-jadi.

“Angela Ananta... plis, maafin gue, Ngel.”




//   T H E   E N D   //


Komentar

Ter-populer